Selasa, 13 Desember 2016

PEMIMPIN BARU MEMBAWA SEMANGAT BARU BAGI SATRASIA



Pada tanggal 03 Desember 2016 Universitas Muhammadiyah Sukabumi telah melakukan pelantikan Ketua Hima (Himpunan Mahasiswa) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ( Prodi PBSI).

Zulfatullailah Hasanah telah resmi menggantikan Ketua Hima sebelumnya yaitu Widya Rengganis selaku Ketua Hima Prodi PBSI periode 2015-2016.
Dalam kesempatan kali ini INIKABAH mempunyai kesempatan untuk berbincang-bincang dengan Ketua Hima baru secara langsung dengan maksud untuk mendapatkan informasi mengenai ruang lingkup mengenai bahasa.

Kali ini INIKABAH memberikan beberapa pertanyaan kepada Ketua Hima, pertanyaan yang pertama diajukan yaitu mengenai bagaimana kesan atau perasaan yang dirasakn saat terpilihnya menjadi Ketua Hima baru, beliau menjawab “kalau ditanya kaget saya tidak kaget namun bila ditanya siap atau tidak siap saya tidak siap, namun bagaimana pun saya sekarang saya harus siap menjalankan amanah yang telah diberikan kepada saya.” Namun  disini juga  Zulfatullailah Hasanah menyatakan bahwa ia harus menyiapkan pikiran untuk bisa mengajak Anggota Hima baru bisa berperan aktif untuk memajukan Hima Satrasia bersama.

Pertanyaan yang diajukan selanjutnya adalah “Apakah Ketua Hima baru telah  menentukan program kerja untuk kedepannya”? beliau menyatakan bahwa bahwa program kerja yang harus segera terealisasi adalah Mabim (Mahasiswa Bimbingan), karena Mabim adalah Program kerja lanjutan setelah MPH (Masa Pengkaderan Himpunan) yang telah dilaksanakan pada 31 Oktober 2016 dan untuk Mahasiswa semester 5 (lima) pun belum ada yang melakukan Mabim itu sendiri. Dalam Mabim semua mahasiswa prodi PBSI mengikuti kegiatan tersebut untuk mendapatkan bimbingan mengenai keorganisasian didalam Hima itu seperti apa, bentuk dalam Mabim itu sendiri bisa berbentuk materi, tour, kegiatan-kegiatan lain seperti GBSI ( Gebyar Bahasa dan Sastra Indonesia) yang dilaksanakan setiap tahunnya yang akan diusahan pada awal maret sudah terealisasi sekaligus memperingati Bahasa Ibu Nasional pada tanggal 27 Februari.

Pertayaan selanjutnya yang diajukan yaitu berhubungan dengan harapan yang diinginkan Ketua Prodi yaitu Bapak Deden Ahmad Supendi, M.Pd yang menyatakan bahwa beliau menginginkan agar seluruh keluarga besar PBSI dapat lebih meningkatkan penggunaan bahasa yang baik dan benar,apakah sudah terpikirkan oleh Ketua Hima untuk menjembatani terealisasinya harapan yang diinginkan Kaprodi. Beliau menyatakan bahwa ia telah mendapatkan gambaran melalui program kerja yang akan dilakukan oleh setiap divisinya. Sebagai Ketua Hima yang baru ia membebaskan program kerja pada setiap divisinya, namun ia akan mengajukan beberapa program kerja yang alhamdulialh bila bisa diterima oleh divisi-divisi tersebut. Terutama dalam bidang bahasa adanya  divisi minat dan bakat yang nantinya dalam divisi tersebut sebenarya banyak bidangnya ada yang mencakup bahasa, sastra, musikalisasi puisi, drama, teater, dll. Adapun yang akan saya rencanakan yaitu semacam publik speaking karena yang diperhatikan dalam publik speaking adalah penggunaan bahasa. jadi  dalam divisi minat dan bakat ini mahasiswa dan mahasiswi PBSI bisa menyalurkan bakatnya terutama dalam berbahasa.

KETIKA WANITA MENJADI PEMIMPIN


Beberapa hari lalu, Universitas Muhammaadiyah Sukabumi telah melaksanakan pemilihan Dekan Fakultas periode baru untuk seluruh fakultas. Salah satu Fakultas yang memiliki kekhususan dalam keguruan yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan (FKIP).
INIKABAH pun mendapatkan kesempatan langsung untuk berbincang-bincang dengan Dekan FKIP periode baru.

Pertanyaan yang kami ajukan pertama kali yaitu mengenai latar belakang pemilihan dekan fakultas di Universitas Muhammdiyah Sukabumi ini. Beliau menjawab, “Pemilihan dekan ini diawali dari aturan-aturan yang memang digunakan di  UMMI, pertama mengacu pada kaidah perguruan tinggi Muhammadiyah, yaitu seluruh perguruan tinggi Muhammadiyah manapun harus mengikuti kaidah tersebut. Lalu adapun SOTK, maksudnya pemilihan dekan ini tidak dilakukan oleh fakultas sendiri, tetapi langsung dipilih oleh rektor, mekanismenya yaitu adanya ajuan nama-nama calon dari masing- masing, lalu pemilihan ditingkat senat fakultas”.

Pertanyaan yang kedua ialah mengenai perasaan Ibu Sisti setelah terpilih enjadi Dekan. Beliau pun menjawab “Perasaan saya sedih, dilihati dari banyak aspek. Menjadi seorang dekan, apalagi bagi saya perempuan itu agak berat, karena harus melakukan amanat yang diberikan. Saya mengartikan ini sebagai suatu ujian, dimana ada pekerjaan yang harus saya oordinir sefakulttas baik itu dosen, prodi, maupun mahasiswa. Apalagi saya sebagai seorang ibu yang mempunyai keluarga dan anak. Sebagai seorang dekan akan menyita waktu, pikiran, kadang kalau kerjaan dikampus ada masalah terbawa kerumah. Walaupun demikian perasaan dapat dikatakan berat, namun karena tidak ingin mengecewakan yang memilih sekaligus telah memberikan amanat kepada saya, mau tidak mau saya harus melaksanakan dengan sebaik-baiknya.”

Selain itu, INIKABAH mengajukan pertanyaan mengenai program studi PBSI itu sendiri. Beliau pun menjawab “Untuk PBSI dilihat dari track record dan kegiataannya cukup inovatif, kreatif terutama kegiatan mahasiswanya. Kalau dilihat dari komunikasi, cenderung komunikatif. Jadi kalau ditanya kondisinya PBSI sekarang sudah baik, tapi perlu tetap adanya peningkatan. Nah, sebagai mahasiswa, harus lebih banyak menjaring atau mencari mengenai hibah-hibah PKM, bagaimana ajang-ajang besar bersaing diuar kampus, harus lebih digali lagi agar kita dikenal di luar kampus. Atau misalnya mengadakan kegiatan yang mengundang universitas lain, itu harus mulai dibudayakan.

Pertanyaan selanjutnya ialah mengenai penggunaan kebahasaan di FKIP yang berupa fakultas keguruan, Ibu Sisti menjawab, “Kebahasaan, Ibu sendiri kalau masih salah tolong dimaafkan, ibu bukan orang bahasa, bahkan saat bicara masih dicampur dengan bahasa sunda dan bahasa-bahasa yang tidak baku, walaupun harus diperbiaki. Dalam hal ini, Pak david sendiri kalau misalnya ada kesaahan bahasa biasanya suka meluruskan, karena mungkin bidangnya dibahasa indonesia. Jadi tentunya dalam pembelajaran harus menggunakan bahasa indonesia yg baik dan benar. Kalaupun, ya memang ibu sendiri sebetulnya belum bisa, tapi perkembangannya sampai saat ini mungkin dari tugas PBSI itu sediri misalnya kalau ada yang salah ditegur. Tapi untuk Bahasa Indonesia yang digunakan, pandangan ibu sepertinya masih harus ya minimal dari prodi yang juga mengingatkan kepada yang lainnya.”

Adapun pertanyaan terakhir yaitu mengenai saran dan harapan untuk Prodi pbsi khususnya, beliau menjawab, “harapan untuk PBSI,  pertama mungkin yang realistis dalam waktu dekat ini sedang menunggu keputusan akreditasi, semoga menjadi nilai B. Keuntungan bagi kalian kan semester lima apabla akreditasi menjadi B akan banyak kesempatan-kesempatan atau fasilitas yang diberikan misalnya beasiswa dari provinsi Jawa Barat, ya masih banyak lagi baik untuk mahasiswa, dosen maupun prodi itu sendiri. Harapan lainnya tidak hanya untuk pbsi agar semuanya berproses, tidak stak ditempat tapi berusaha memperbaiki dalam aspek apapun. Kalau untuk prodi mungkin bagaimana manajemen prodnyai, harapannya ya selalu memperbaiki kualitias diri.”

INIKABAH mengucapkan terimakasih atas kesempatan berbagi ceritanya bu, INIKABAH mengucapkan selamat kepada Ibu Sisti Windyarini atas terpilihnya menjadi Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan! Semoga sukses terus bu! J

Rabu, 07 Desember 2016

KETUA PROGRAM STUDI BARU BERSUARA MENGENAI BAHASA

Pada tanggal 07 Desember 2016 Universitas Muhammadiyah Sukabumi melakukan pelantikan ketua program studi baru untuk seluruh jurusan di setiap Fakultasnya. Masing-masing program studi telah berganti Ketua Progran studi (Kaprodi), termasuk program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI). Bapak Deden Ahmad Supendi, M.Pd. telah resmi menggantikan bapak Dr. Nanang Chaerul Anwar, M.Pd selaku ketua prodi PBSI periode sebelumnya.
Pada artikel kali ini, INIKABAH mendapatkan kesempatan untuk berbincang-bincang secara langsung dengan ketua prodi yang bermaksud untuk mewawancarai mengenai ruang lingkup kebahasaan.

INIKABAH memberikan beberapa pertanyaan, yang pertama yaitu mengenai bagaimana kesan bapak Deden setelah resmi dilantik menjadi Ketua Program Studi PBSI periode baru?
Bapak Deden menjawab kesan yang ia rasakan olehnya setelah resmi terpilih menjadi Kaprodi baru. “Sebernarnya saya tidak menyangka dengan hasil rapat yang telah dilakukan, yaitu saya menjadi salah satu calon bersama calon lainnya, Ibu Tanti Agustiani, M. Hum. Hingga akhirnya, ternyata keputusan dari hasil rapat para dosen ialah saya sendiri yang terpilih dan diberikan amanat untuk menjadi ketua program studi PBSI. Maka dari itu, karena ini adalah amanat maka saya harus siap untuk menjalankannya.”

Pertanyaan selanjutnya yang kami ajukan, yaitu mengenai apa program kerja yang akan atau sudah dirancang untuk kedepannya mengenai kegiatan atau hal-hal tentang bahasa. “Untuk program kerja tentang bahasa itu sendiri secara tertulis tidak ada, namun saya akan melakukan dalam kegiatan perkuliahan untuk melibatkan mahasiswa dalam penelitian-penelitian. Saya rasa mahasiswa mampu untuk berpartisipasi, hanya saja belum terlihat semangatnya, maka dari itu saya akan memberikan stimulus kepada mahasiswa.” ujar bapak Deden.

Selanjutnya, INIKABAH sangat penasaran dan bertanya mengenai komentar bapak Deden tentang bagaimana pendapat beliau terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang selama ini digunakan oleh keluarga besar PBSI khususnya. Beliau menjawab, “Saya kira penggunaan bahasa Indonesia oleh mahasiswa maupun dosen PBSI itu sendiri masih jauh dari kata sempurna. Namun, tetap saja harus ada pembiasaan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bila perlu, dapat diadakan hukuman untuk memberikan stimulus agar mahasiswa serta dosen dapat menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, misalnya setiap kata yang dikeluarkan adalah tidak baik ataupun tidak benar dapat dikenakan hukumun yang sesuai.”

Pertanyaan terakhir yang diajukan ialah apa harapan bapak Deden mengenai penggunaan bahasa indonesia yang seharusnya dilakukan oleh keluarga besar PBSI pada khususnya. Beliau pun memunyai harapan agar kedepannya keluarga besar PBSI khususnya, baik itu mahasiswa maupun dosen untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam ranah internal maupun eksterna. Selain itu, penggunaan bahasa perlu diperhatikan dan dikaitkan dengan sopan santun, ramah, dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi penggunaan dikarenakan kita adalah keluarga program studi bahasasaya sendiri yang terpilih dan diberikan amanat untuk menjadi ketua program studi PBSI. Maka dari itu, karena ini adalah amanat maka saya harus siap untuk menjalankannya.”

Pertanyaan selanjutnya yang kami ajukan, yaitu mengenai apa program kerja yang akan atau sudah dirancang untuk kedepannya mengenai kegiatan atau hal-hal tentang bahasa. “Untuk program kerja tentang bahasa itu sendiri secara tertulis tidak ada, namun saya akan melakukan dalam kegiatan perkuliahan untuk melibatkan mahasiswa dalam penelitian-penelitian. Saya rasa mahasiswa mampu untuk berpartisipasi, hanya saja belum terlihat semangatnya, maka dari itu saya akan memberikan stimulus kepada mahasiswa.” ujar bapak Deden.

Selanjutnya, INIKABAH sangat penasaran dan bertanya mengenai komentar bapak Deden tentang bagaimana pendapat beliau terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang selama ini digunakan oleh keluarga besar PBSI khususnya. Beliau menjawab, “Saya kira penggunaan bahasa Indonesia oleh mahasiswa maupun dosen PBSI itu sendiri masih jauh dari kata sempurna. Namun, tetap saja harus ada pembiasaan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bila perlu, dapat diadakan hukuman untuk memberikan stimulus agar mahasiswa serta dosen dapat menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, misalnya setiap kata yang dikeluarkan adalah tidak baik ataupun tidak benar dapat dikenakan hukumun yang sesuai.”


Pertanyaan terakhir yang diajukan ialah apa harapan bapak Deden mengenai penggunaan bahasa indonesia yang seharusnya dilakukan oleh keluarga besar PBSI pada khususnya. Beliau pun memunyai harapan agar kedepannya keluarga besar PBSI khususnya, baik itu mahasiswa maupun dosen untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam ranah internal maupun eksterna. Selain itu, penggunaan bahasa perlu diperhatikan dan dikaitkan dengan sopan santun, ramah, dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi penggunaan dikarenakan kita adalah keluarga program studi bahasa.

Dengan dipublikasikannya hasil wawancara ini, kami selaku tim INIKABAH mengucapkan terimakasih atas waktu yang diberikan, dan kami ucapkan pula selamat kepada bapak Deden Ahmad Supendi, M.Pd selaku ketua program studi baru Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia periode selanjutnya, semoga menjadi pemimpin yang amanah dan memberikan perubahan yang positif terhadap program studi PBSI FKIP UMMI. SELAMAT YA, PAK !!!! :)

CITA RASA DALAM BAHASA (Bahasa ibu di ranah Medan)

Untaian kata dan makna, yang dapat memulai semuanya, menjadi pemersatu diseluruh penjuru dunia. Dan merupakan cerminan dari kehidupan yang selalu diucapkan, kesulitan yang menghadang akan terlewati demi tercapainya sebuah kedamaian.
            Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama bagi setiap insan di muka bumi ini. Bukti nyata bahwa manusia tidak dapat terlepas dari bahasa, dapat dilihat dari penggunaannya untuk  percakapan sehari-hari, dalam hal ini terlihat adanya peran bahasa yang membuat satu sama lain dapat berkomunikasi, saling menyampaikan maksud dan tujuan, bahasa tak hanya dalam bentuk lisan, tapi suatu bahasa juga bisa digunakan dalam bentuk tulisan.
            Terkait dengan bahasa, setiap orang pasti menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, baik itu bahasa lisan atau bahasa tulisan yang digunakannya. Setiap orang juga pasti memiliki bahasa ibu (B1) yang berbeda beda, sesuai dengan pemerolehan bahasa yang pertama di dapatnya. Eiiits, apa sih itu bahasa ibu? Bahasa ibu itu bahasa asli atau bahasa pertama yang didapatkan oleh seseorang. Biasanya bahasa ibu diperoleh melalui orang tua, atau lingkungan sekitar tempat tinggal seseorang. Seperti halnya seorang gadis cantik kelahiran Medan yang merupakan Mahasiswi tingkat akhir di Universitas Muhammadiyah Kota Sukabumi, sebut saja namanya Kinang Darmaga Harahap. Dari namanya saja sudah terlihat unik begini ya, gadis ini memberi sebuah pernyataan, bahwasanya bahasa pertama yang diperoleh oleh gadis ini adalah bahasa Medan yang dijadikan sebagai bahasa ibunya. Saat ini di tanya apakah bahasa indonesia dan bahasa Medan itu beda? Gadis ini berpendapat bahwa “bahasa itu bersifat konvensional, dari segi struktur kalimat dan pola kalimat, bahasa Medan sebagai bahasa ibu gadis ini sama dengan struktur kalimat dan pola kalimat dalam bahasa indonesia, mengandung unsur subjek, predikat dan objek. Namun, ada dua hal yang menjadi ciri pembeda bahasa Medan dan bahasa Indonesia, yaitu dari segi logat pengucapan dan makna. Seperti kata “pajak” yang dalam bahasa indonesia berarti sebuah bayaran wajib dari masyarakat untuk negara, sedangkan dalam bahasa Medan kata “pajak” itu berarti sebuah pasar.” Berikut beberapa kata dalam bahasa Medan dan bahasa indonesia yang dipaparkan oleh Kinang,
Motor              = kereta
Mobil               = motor
Angkutan umum = sudako
Ojek                = Rakyat Banting Tulang (RBT)
Pom Bensin     = galon
Awak              =aku
Celit                = pelit
Langgar           = mushola
Nembak           = gratis
Pasar                = jalan raya
Mancis             =korek gas
Korek              = korek kayu
Tunjang           = tendang
Tokoh              = bohong (ditokohi = dibohongi)
            Apa sih tujuan mempelajari B2 menurut Kinang?
“Saya mempelajari B2 karena saya rasa B2 (Bahasa Indonesia) yang saya pelajari adalah bahasa nasional, jadi kemana pun saya pergi dan saya tinggal di lingkup negara Indonesia, saya tidak akan kesulitan karena bahasa indonesia adalah bahasa nasional”.
            Bagaimana perasaan saat mempelajari bahasa indonesia sebagai B2?
“Pastilah saya merasa canggung, karena saat saya mengucapkan bahasa indonesia, logat bahasa Medan saya masih terbawa. Lama-lama bisa menyesuaikan tanpa  menghilangkan bahasa Medan dan logatnya sebagai bahasa Ibu gadis berdarah Medan ini. Hanya saja penggunaan logat masih bisa dikurangi saat berkomunikasi secara lisan dengan orang lain”

            Masih terkait dengan bahasa yang beraneka ragam dari berbagai penjuru dunia, salah satunya adalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan. Penggunaan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan belum mendapat tempat di hati generasi bangsa. Bahkan, masih banyak yang belum mengetahui bahwa tanggal 2 Mei itu adalah tanggal lahirnya bahasa indonesia.