A.
IDENTITAS
Judul buku :
BERBICARA (Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa)
Nama penulis :
Prof Dr. Henry Guntur Tarigan
Penerbit :
Angkasa Bandung
Cetakan :
pertama 1979
Jumlah halaman: iii-viii, 120 halaman
ISBN
: 979-404-122-X
B.
PENDAHULUAN
Biografi Penulis:
Henry Guntur Tarigan, dilahirkan pada
tanggal 23 September 1933, di Linggajulu, Kabanjahe, Sumatra Utara. Menyelesaikan
pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Padjadjaran
Bandung (1962), mengikuti Studi Pascasarjana Linguistik di Ricksuniveersiteit
Leiden Nederland (1971-1973): meraih gelar Doktor, dalam bidang Linguistik pada
Fakultas sastra Universitas Indonesia (1975) dengan disertai berjudul Morfologi
Bahasa Simalungun. Sampai saat ini menjadi pengajar di FPBS IKIP Bandung dengan
pangkat/jabatan terakhir Pembina Utama Muda/ Lektor Kepala Gol.IV/c; pada
Fakultas Pascasarjana IKIP Bandung, dan STIALAN RI Bandung.
Dia
sering mengikuti berbagai seminar dan lokakarya di dalam dan di luar negeri
dalam bidang kebahasaan, antara lain Hasseit, (Belgia,1972), di Paris (Perancis
1973), di Hamburg-Jerman (1981), di Tokyo Jepang (1983).
Anggota
Tim Evalator Program Akta Mengajar V (sejak tahun 1981), anggota Tim Penilai
Karya-karya Penelitian bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah yang disponsori
oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (sejak tahun 1976).
Karya-karyanya antara lain: Struktur
Sosial Masyarakat Simalungun, Morfologi Bahasa Simalungun, Prinsip-prinsip
Dasar Puisi, Prinsip-prinsip Dasar Fiksi, Prinsip-prinsip Dasar Drama,
Prinsip-prinsip Dasar Kritik Sastra, Pengantar Sintaksis, Bahasa Karo, Sastra
Lisan Karo, Percikan Budaya Karo, Psikolinguistik, Tata Bahasa Tagmemik,
Linguistik Konstratif, Menyimak (sebagai suatu keterampilan berbahasa),
Berbicara (sebagai suatu keterampilan berbahasa), Membaca (sebagai suatu
keterampilan berbahasa), Menulis (sebagai suatu keterampilan berbahasa), dan
Tatarucingan Sunda.
Ringkasan Isi Buku
Pada BAB I, membahas tentang empat keterampilan berbahasa,
ada empat keterampilan berbahasa, salah satunya adalah berbicara. Setiap
keterampilan berbahasa itu berhubungan erat sekali dengan keterampilan lainnya
dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memeroleh keterampilan berbahasa,
biasanya kita melalui suatu hubungan yang teratur: mula-mula pada masa kecil
kita belajar menyimak bahasa,
kemudian berbicara, sesudah itu kita
belajar membaca dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa
ini saling berhubungan satu sama lain, misalnya yang pertama ada hubungan antara
berbicara dan menyimak, yang merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang
langsung serta merupakan komunikasi tatap muka. Yang kedua ada hubungan antara
berbicara dan membaca, yang memiliki hubungan erat antara perkembangan
percakapan berbahasa lisan dan kesiapan baca. Yang ketiga ada hubungan antara
ekspresi lisan dan ekspresi tulis yang keduanya memiliki hubungan yang erat
karena terdapat banyak persamaan. Selain itu, pada bab I ini juga membahasa
tentang berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi yang memiliki batasan dan
tujuan berbicara. Dijelaskan pula berbicara itu merupakan seni dan ilmu serta
memiliki metode penyampaian dan penilaian berbicara.
Sedangkan, pada bab II membahas mengenai berbicara
dimuka umum, terdapat beberapa poin pada bab ini. Pertama, berbicara untuk
melaporkan yaitu untuk memberikan informasi. Kedua, menjelaskan mengenai
berbicara secara kekeluargaan yang di dalamnya terdapat sesuatu yang
menggembirakan serta dapat dinikmati bersama, dan dapat meninggalkan kesenangan
pribadi. Ketiga, menjelaskan mengenai berbicara untuk meyakinkan, seperti yang
dikemukakan oleh Aristoteles bahwa “persuasi (bujukan, desakan, dan meyakinkan)
adalah seni penanaman alasan-alasan atau motif-motif yang menuntun ke arah
tindakan bebas yang konsekuen”. Keempat, menjelaskan mengenai berbicara untuk
merundingkan, pada dasarnya untuk membuat sejumlah keputusan dan rencana.
Selain itu, dalam bab III menjelaskan mengenai diskusi
kelompok pada hakekatnya diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan
permasalahan dengan proses berfikir kelompok. Pada bab ini terdapat point
mengenai kelompok tidak resmi yang meliputi kelompok studi, kelompok pembentuk
kebijaksanaan, dan komite. Yang selanjutnya menjelskan kelompok resmi yang
meliputi konferensi, diskusi panel, dan simposium. Point yang ketiga
menjelaskan mengenai tugas ketua dan tugas partisipan, berhasil atau tidaknya
suatu diskusi kelompok turut pula ditentukan oleh baik atau tidaknya seorang
ketua dan para partisipan dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya pada bab ini
juga menjelaskan mengenai manfaat diskusi kelompok yang mengukur kemampuan
dalam memberikan sumber-sumber yang lebih banyak bagi pemecahan masalah
ketimbang yang tersedia atau diperoleh, ketika seseorang membuat keputusan yang
memengaruhi suatu kelompok. Point selanjutnya mengenai aneka hambatan dan point
terakhir menjelaskan mengenai ukuran-ukuran untuk menilai diskusi kelompok.
Bab VI menjelaskan prosedur parlementer yang merupakan
salah satu ciri warga negara yang dewasa dan bertanggung jawab pada bab ini
juga menjelaskan mengenai prosedur pembentukan perkumpulan, yang didalamnya
membahas mengenai semua organisasi yang dapat dibagi atas dua tipe. Yang
pertama bersifat sementara atau temporer yang kedua be3rsifat tetap atau
permanen. Point selanjutnya mengenai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
Point berikutnya membahas mengenai tugas pengurus yang meliputi tugas ketua,
tugas wakil ketua, tugas sekretaris, dan tugas bendahara. Point selanjutnya
menjelaskan mengenai laporan yang menjadi tugas dan kewajiban sekretaris untuk
mencatat dan merekam laporan-laporan segala pertemuan yang dilangsungkan oleh
suatu perkumpulan. Point selanjutnya menjelaskan mengenai susunan acara yang
merupakan suatu urutan kegiatan khusus yang harus diikuti pada setiap
pertemuan. Point selanjutnya menjelaskan memngenai mosi dan usul yang meliputi
pengajuan mosi, beberapa petunjuk bagi pengajuan dan mendiskusikan mosi,
cara-cara memutuskan sesuatu mosi, jenis-jenis mosi (mosi istimewa, mosi
tambahyan, mosi utama, mosi insidental) dan yang terakhir pada bab ini
menjelaskan kaidah-kaidah presedensi, yang terdapat dua pokok kaidah presedensi
(hal yang lebih tinggi prioritas hak).
Bab V atau bab terakhir menjelaskan mengenai debat.
Debat terlukis dengan jelas dalam pembicaraan-pembicaraan atau pidato-pidato
yang pro dan kontra dalam organisasi yang lebih besar sebelum diadakan
pemilihan atau pemungutan suara dilangsungkan, menentukan kebijakan yang mana
yang akan diterima. Point selanjutnya menjelaskan mengenai jenis-jenis debat
meliputi debat parlementer/majelis, debat pemeriksaan ulangan untuk mengetahui
kebenaran pemeriksaan terdahulu, debat formal, konfensional, atau debat
pendidikan. Point selanjutnya menjelaskan mengenai syarat-syarat susunan kata
proposisi yang meliputi kesederhanaan, kejelasan, kepadatan, susunan kata
alternatif, pernyataan deklaratif, kesatuan, usul khusus, bebas dari prasangka,
dan yang terakhir tanggung jawab untuk memberikan bukti yang memuaskan terhadap
afirmatif. Point selanjutnya menjelaskan mengenai pokok-pokok persoalan, untuk
memeroleh pokok-pokok persoalan yang menarik serta merangsang bagi suatu
perdebatan, sepatutnyalah pembicara mempertimbangkan masak-masak mengapa usul
atau proposisi yang dikemukakannya merupakan masalah penting bagi perdebatan
pada saat ini. Point selanjutnya menjelaskan mengenai persiapan laporan singkat
yang meliputi bentuk dan pengembangan laporan, bagian-bagian laporan. Point
selanjutnya menjelaskan tentang pidato debat yang meliputi pidato konstruktiv
dan pidato sanggahan. Point selanjutnya menjelaskan mengenai teknik berdebat
agar tidak menimbulkan kebencian para pendengar karena sifat mereka yang suka
bertengkar, suka bercekcok, dan menganggap dirinya selalu benar. Point
selanjutnya menjelaskan mengenai point keputusan menganai jenis-jenis keputusan
pada perdebatan antar perguruan tinggi (keputusan oleh para pendengar, para
hakim, keputusan dengan kritik), perdebatan tanpa keputusan resmi, pentingnya
keputusan. Point berikutnya menjelaskan tentang turnamen debat, yang meliputi
prosedur turnamen debat, masalah-masalah dalam turnamen debat. Point terakhir
menjelaskan mengenai norma-norma dalam berdebat dan bertanya yang meliputi
norma-norma dalam berdebat, norma-norma brtanya.
Kelebihan
buku BERBICARA karya Prof. DR.Henry Guntur Tarigan
Menurut
hasil analisis yang kami lakukan pada buku ini, kami melihat adanya kelebihan
yang terdapat pada buku ini, yaitu :
1. Bisa
dijadikan sebagai referensi yang baru
untuk memahami empat keterampilan berbahasa,
2. Isinya
sudah cukup jelas,
3. Singkat,
padat jelas dalam segi pemaran materi dengan adanya 5 bab dalam buku ini.
4. Penyampaian
dari setiap poin dalam buku ini tidak meluas kemana-kemana, hanya di ruang
lingkup materi yang hendak disampaikan.
5. Pemilihan
kata dalam segi penulisan dan penyampaian cukup praktis untuk dipahami oleh
para pembaca.
6. Adanya
bagan dari beberapa materi yang terdapat dalam buku ini
Kekurangan
buku BERBICARA karya Prof. DR.Henry Guntur Tarigan :
Menurut
hasil analisis yang kami lakukan pada buku ini, kami melihat adanya kekurangan
yang terdapatpada buku ini, yaitu :
1. Kurangnya
contoh yang disertakan pada saat menyampaikan poin dari isi materi buku ini,
2. Pernyataan-pernyataan
yang terdapat dalam buku ini terkesan kurang jelas karena kurangnya contoh yang
disertakan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar