Sabtu, 19 November 2016

REVIEW BUKU MENULIS




  A.  Identitas
Judul buku        : MENULIS (Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa)
Nama penulis    : Prof Dr. Henry Guntur Tarigan
Penerbit             : Angkasa Bandung
Cetakan             : pertama 1994
Jumlah halaman: iii-viii, 202 halaman
ISBN                 : 979-404-119-X
  B.  Biografi Penulis
Henry Guntur Tarigan, dilahirkan pada tanggal 23 September 1933, di Linggajulu, Kabanjahe, Sumatra Utara. Menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Padjadjaran Bandung (1962), mengikuti Studi Pascasarjana Linguistik di Ricksuniveersiteit Leiden Nederland (1971-1973): meraih gelar Doktor, dalam bidang Linguistik pada Fakultas sastra Universitas Indonesia (1975) dengan disertasi berjudul Morfologi Bahasa Simalungun.
Karya-karyanya antara lain: Struktur Sosial Masyarakat Simalungun, Morfologi Bahasa Simalungun, Prinsip-prinsip Dasar Puisi, Prinsip-prinsip Dasar Fiksi, Prinsip-prinsip Dasar Drama, Prinsip-prinsip Dasar Kritik Sastra, Pengantar Sintaksis, Bahasa Karo, Sastra Lisan Karo, Percikan Budaya Karo, Psikolinguistik, Tata Bahasa Tagmemik, Linguistik Konstratif, Menyimak (sebagai suatu keterampilan berbahasa), Berbicara (sebagai suatu keterampilan berbahasa), Membaca (sebagai suatu keterampilan berbahasa), Menulis (sebagai suatu keterampilan berbahasa), dan Tatarucingan Sunda.
  C.    Ringkasan Isi Buku
Pada bab I membahas tentang komponen-komponen keterampilan berbahasa seperti keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Selain itu dijelaskan pula tentang menulis itu sebagai suatu keterampilan berbahasa dan hubungannya dengan keterampilan bahasa lainnya. Selain sebagai suatu keterampilan berbahasa dijelaskan pula bahwa menulis sebagai suatu cara berkomunikasi, disertai batasan, fungsi, tujuan dan ragam menulis.
            Bab II membahas tentang tulisan pribadi baik dari segi makna, manfaat, ciri-ciri, bentuk-bentuk dari tulisan pribadi, serta cara mensiasati untuk memperbaiki atau merevisi tulisan pribadi tersebut.
Bab III membahas tentang tulisan bernada penerangan, yaitu saat kita menciptakan kembali pengalaman kita dalam tulisan, pada hakikatnya kita mencoba menangkap cara pengalaman itu atau cara kita melihatnya. Biasanya, nada tulisan yang seperti itu bersifat informatif, bernada memberi penerangan kepada orang lain. Selain itu dijelaskan pula mengenai ragam tulisan pemerian atau disebut juga dengan deskripsi, yang terdiri dari dua bagian yaitu pemerian faktual (faktual description) dan pemerian pribadi (personal description).
Bab IV membahas tentang tulisan yang bernada penjelasan atau disebut juga tulisan penyingkapan yang di dalamnya meliputi makna dan tujuan dari tulisan penyingkapan tersebut. Selain itu disinggung pula mengenai pokok permasalahan dan pembaca yang harus diperhitungkan saat membuat tulisan penyingkapan agar menjadi tulisan yang paling unggul untuk memahami dan paling manfaat untuk menguasai suatu hal. Bentuk-bentuk tulisan penyingkapan pun dibahas dalam bab iv ini seperti bentuk klasifikasi, definisi, analisis, dan opini. Dilengkapi pula dengan susunan tulisan penyingkapan, bentuk paragraf penyingkapan, serta pendahuluan dan kesimpulan pada tulisan penyingkapan.
Bab V membahas tentang tulisan bernada mendebat seperti tulisan yang bersifat meyakinkan atau tulisan persuasif yang merupakan hasil dari penggunaan nada mendebat yang digunakan oleh seorang pengarang. Dalam situasi perdebatan diperlukan adanya persuasi logis atau argumentasi secara cermat dan teliti, bernada faktual dan dengan aspek-aspek lainnya.
Bab VI membahas tentang tulisan bernada mengkritik. Dalam bab ini dijelaskan agar dapat menghasilkan tulisan yang bernada mengkritik dengan baik, maka terlebih dahulu membaca karya yang akan dianalisis secara kritis. Disamping itu dijelaskan pula mengenai peranan penulis sastra dalam pembuatan tulisan bernada mengkritik seperti penulis yang di perankan sebagai sutradara, penulis sebagai penulis cerita, dan penulis sebagai direktur. Yang dijelaskan dalam bab ini lebih kepada unsur intrinsik karena untuk mengkritik suatu karya lain itu perlu memahami unsur intrinsik tersebut.
Bab VII membahas tentang tulisan bernada otoritatif. Dalam bab ini dijelaskan pula langkah-langkah membuat tulisan yang bernada otoritatif  yang pada mulanya kita harus  memilih judul dengan seksama, kemudian kita dianjurkan untuk membaca pendahuluan seperlunya saja, setelah itu membuat bibiliografi pendahuluan secukupnya. Langkah selanjutnya yaitu membuat kerangka pendahuluan yang merupakan rencana sementara bagi tulisan kita. Setelah kerangka pendahuluan dibuat lalu berlanjut pada pembuatan catatan dari bahan bacaan untuk memudahkan dalam penulisan karya ilmiah. Dilanjutkan pada menulis naskah pertama dan dokumentasi yang dibutuhkan untuk memudahkan para penulis menyatakan serta mengakui jasa penulis lainnya serta mempersilahkan para pembaca menguji atau memeriksa informasi ataupun mempelajari lebih banyak mengenai pokok permasalahan tersebut. Kemudian mengadakan revisi yang dilanjutkan dengan menulis naskah akhir dan ditutup dengan langkah akhir yaitu mengoreksi cetakan percobaan.
   D.    Kelebihan
Menurut hasil analisis yang kami lakukan pada buku ini, kami melihat adanya kelebihan yang terdapat pada buku ini, yaitu :
1    .    Isinya sudah jelas dan disertai contoh-contoh,
2   .   Pemilihan kata dalam segi penulisan dan penyampaian cukup praktis untuk dipahami oleh para  pembaca,
3   .    Terdapat begitu banyak referensi dalam bukunya,
4  .  Menyajikan rangkuman pada tiap-tiap akhir pokok pembahasan bab sehingga pembaca dapat mengetahui pokok masalah dengan cepat,
   E.     Kekurangan
Menurut hasil analisis yang kami lakukan pada buku ini, kami melihat adanya kekurangan yang terdapatpada buku ini, yaitu :
1    .    Masih terdapat kata yang salah dalam penulisan,
2    .    Tidak dilengkapi dengan catatan bab diakhir bab,
3    .    Tidak dilengkapi dengan kegiatan yang jelas,
4    .    Setiap kegiatan kurang penjelasan tentang rancangan kegiatan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar