A.
Identitas
Judul buku : MENULIS (Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa)
Nama penulis : Prof Dr. Henry Guntur Tarigan
Penerbit : Angkasa Bandung
Cetakan : pertama 1994
Jumlah halaman: iii-viii, 202 halaman
ISBN : 979-404-119-X
B.
Biografi Penulis
Henry
Guntur Tarigan, dilahirkan pada tanggal 23 September 1933, di Linggajulu,
Kabanjahe, Sumatra Utara. Menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Padjadjaran Bandung (1962), mengikuti Studi
Pascasarjana Linguistik di Ricksuniveersiteit Leiden Nederland (1971-1973):
meraih gelar Doktor, dalam bidang Linguistik pada Fakultas sastra Universitas
Indonesia (1975) dengan disertasi berjudul Morfologi Bahasa Simalungun.
Karya-karyanya
antara lain: Struktur Sosial Masyarakat Simalungun, Morfologi Bahasa
Simalungun, Prinsip-prinsip Dasar Puisi, Prinsip-prinsip Dasar Fiksi,
Prinsip-prinsip Dasar Drama, Prinsip-prinsip Dasar Kritik Sastra, Pengantar
Sintaksis, Bahasa Karo, Sastra Lisan Karo, Percikan Budaya Karo, Psikolinguistik,
Tata Bahasa Tagmemik, Linguistik Konstratif, Menyimak (sebagai suatu
keterampilan berbahasa), Berbicara (sebagai suatu keterampilan berbahasa),
Membaca (sebagai suatu keterampilan berbahasa), Menulis (sebagai suatu
keterampilan berbahasa), dan Tatarucingan Sunda.
C.
Ringkasan Isi Buku
Pada bab I membahas tentang komponen-komponen
keterampilan berbahasa seperti keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Selain itu dijelaskan pula tentang menulis itu sebagai suatu
keterampilan berbahasa dan hubungannya dengan keterampilan bahasa lainnya.
Selain sebagai suatu keterampilan berbahasa dijelaskan pula bahwa menulis
sebagai suatu cara berkomunikasi, disertai batasan, fungsi, tujuan dan ragam
menulis.
Bab II membahas tentang tulisan
pribadi baik dari segi makna, manfaat, ciri-ciri, bentuk-bentuk dari tulisan
pribadi, serta cara mensiasati untuk memperbaiki atau merevisi tulisan pribadi
tersebut.
Bab III membahas tentang tulisan bernada penerangan,
yaitu saat kita menciptakan kembali pengalaman kita dalam tulisan, pada
hakikatnya kita mencoba menangkap cara pengalaman itu atau cara kita
melihatnya. Biasanya, nada tulisan yang seperti itu bersifat informatif,
bernada memberi penerangan kepada orang lain. Selain itu dijelaskan pula
mengenai ragam tulisan pemerian atau disebut juga dengan deskripsi, yang
terdiri dari dua bagian yaitu pemerian faktual (faktual description) dan pemerian pribadi (personal description).
Bab IV membahas tentang tulisan yang bernada
penjelasan atau disebut juga tulisan penyingkapan yang di dalamnya meliputi
makna dan tujuan dari tulisan penyingkapan tersebut. Selain itu disinggung pula
mengenai pokok permasalahan dan pembaca yang harus diperhitungkan saat membuat
tulisan penyingkapan agar menjadi tulisan yang paling unggul untuk memahami dan
paling manfaat untuk menguasai suatu hal. Bentuk-bentuk tulisan penyingkapan
pun dibahas dalam bab iv ini seperti bentuk klasifikasi, definisi, analisis,
dan opini. Dilengkapi pula dengan susunan tulisan penyingkapan, bentuk paragraf
penyingkapan, serta pendahuluan dan kesimpulan pada tulisan penyingkapan.
Bab V membahas tentang tulisan bernada mendebat
seperti tulisan yang bersifat meyakinkan atau tulisan persuasif yang merupakan
hasil dari penggunaan nada mendebat yang digunakan oleh seorang pengarang.
Dalam situasi perdebatan diperlukan adanya persuasi logis atau argumentasi secara
cermat dan teliti, bernada faktual dan dengan aspek-aspek lainnya.
Bab VI membahas tentang tulisan bernada mengkritik.
Dalam bab ini dijelaskan agar dapat menghasilkan tulisan yang bernada
mengkritik dengan baik, maka terlebih dahulu membaca karya yang akan dianalisis
secara kritis. Disamping itu dijelaskan pula mengenai peranan penulis sastra
dalam pembuatan tulisan bernada mengkritik seperti penulis yang di perankan
sebagai sutradara, penulis sebagai penulis cerita, dan penulis sebagai
direktur. Yang dijelaskan dalam bab ini lebih kepada unsur intrinsik karena
untuk mengkritik suatu karya lain itu perlu memahami unsur intrinsik tersebut.
Bab VII membahas tentang tulisan bernada otoritatif. Dalam
bab ini dijelaskan pula langkah-langkah membuat tulisan yang bernada otoritatif
yang pada mulanya kita harus memilih judul dengan seksama, kemudian kita
dianjurkan untuk membaca pendahuluan seperlunya saja, setelah itu membuat
bibiliografi pendahuluan secukupnya. Langkah selanjutnya yaitu membuat kerangka
pendahuluan yang merupakan rencana sementara bagi tulisan kita. Setelah
kerangka pendahuluan dibuat lalu berlanjut pada pembuatan catatan dari bahan
bacaan untuk memudahkan dalam penulisan karya ilmiah. Dilanjutkan pada menulis
naskah pertama dan dokumentasi yang dibutuhkan untuk memudahkan para penulis
menyatakan serta mengakui jasa penulis lainnya serta mempersilahkan para
pembaca menguji atau memeriksa informasi ataupun mempelajari lebih banyak
mengenai pokok permasalahan tersebut. Kemudian mengadakan revisi yang
dilanjutkan dengan menulis naskah akhir dan ditutup dengan langkah akhir yaitu
mengoreksi cetakan percobaan.
D.
Kelebihan
Menurut
hasil analisis yang kami lakukan pada buku ini, kami melihat adanya kelebihan
yang terdapat pada buku ini, yaitu :
1 . Isinya
sudah jelas dan disertai contoh-contoh,
2 . Pemilihan
kata dalam segi penulisan dan penyampaian cukup praktis untuk dipahami oleh
para pembaca,
3 . Terdapat
begitu banyak referensi dalam bukunya,
4 . Menyajikan
rangkuman pada tiap-tiap akhir pokok pembahasan bab sehingga pembaca dapat
mengetahui pokok masalah dengan cepat,
E.
Kekurangan
Menurut hasil
analisis yang kami lakukan pada buku ini, kami melihat adanya kekurangan yang
terdapatpada buku ini, yaitu :
1 . Masih terdapat kata yang salah dalam penulisan,
2 . Tidak
dilengkapi dengan catatan bab diakhir bab,
3 . Tidak dilengkapi dengan kegiatan yang jelas,
4 . Setiap kegiatan kurang penjelasan tentang rancangan
kegiatan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar